Poetry by Endah
Dipersimpangan
jalan aku melihat ibuku
Membawa
payung berwarna kelabu
Ia
melambai-lambai padaku
Ibu
berteriak sendu: “Nak, mari pulang hujan akan segera turun”
Aku
tersenyum malu
Aku
melangkah pergi dari toko makanan itu
Menyambangi
ibuku disana
Aku
bersijingkrak kegirangan dan dilihat orang sekitarku
Mungkin
benaknya mengatakan
“Mendung
dan perempuan bersijingkrak sepertinya hujan turun dengan lebatnya”
Ibuku
melangkah sambil memegangi payungnya
Aku
melangkah dengan girang dan menebar senyum dimana-mana
Hingga
Ia jatuh tergeletak dengan senyum pada raut wajahnya
Aku
menerjang keramaian jalan raya
Lampu
jalan mengedip-ngedip
Suara
knalpot mobil riuh saling mengadu nasibnya
Berharap
menyelamatkan majikannya dari kepungan hujan
Kemudian
mereka berhenti, memandangi kami
Memutar
kuncinya kembali lalu pergi
Payung
kelabu ibuku terbang bersama mereka
Aku
menangis sejadi-jadinya
Ibuku
telah berpulang dengan mereka
Aku
mendekap ibuku erat tak bercelah
Seketika
angin meniup hatiku dan gemericik hujan terjatuh dengan lembut
Ibuku,
telah pergi ketika menunggu hujan turun
(Puisi ini aku persembahkan untuk mengenang sepuluh tahun kepergian Almh. Ibuku [2006-2016])