Motivation is Not Missed

13:41

Image by Google.com

Apa yang kalian pikirkan tentang motivasi? Menurutku, motivasi adalah sebuah kalimat bisa berupa kata-kata atau visualisasi penggugah semangat agar hidup lebih bergairah dan dapat merangsang untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Namun, apakah memang kita sudah benar-benar memotivasi diri kita sendiri untuk menjadi seperti apa yang kita mau? Banyak orang termasuk saya sendiri merasa kurang termotivasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, bahkan dampaknya bisa lemas, kurang semangat tentunya, gairah hidup menjadi berkurang. Apakah mungkin karena hilangnya motivasi kita bisa hilangnya gairah hidup? Jawabannya, tentu saja. 

Menurut pendapatku, banyak faktor yang melandasi hilangnya motivasi di dalam diri seseorang, antara lain:

1. Kurangnya Hormon Endorphin

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia Zat Endorphin merupakan senyawa kimia yang membuat seseorang merasa senang dan untuk kekebalan tubuh. Endorphin diproduksi oleh tubuh kita (kelenjar pituitary) yaitu pada saat kita merasa bahagia (tertawa) dan pada saat kita istirahat yang cukup. Endorphin atau Endorphine mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat seseorang berenergi. Fungsi Fungsi zat itu adalah untuk kekebalan tubuh. Artinya, selain mencegah memburuknya emosi kita, bahagia juga merangsang timbulnya zat imunitas. (wikipedia.org)

Mungkin, kita terlalu sibuk dengan rutinitas kerja sehari-hari. Kita merasa dipusingkan dengan berbagai macam tugas deadline, mengurus keperluan sehari-hari, bla bla bla. Setidaknya, cobalah memberikan waktu dan ruang pada diri kita untuk berpikir positif agar bersinergi dengan tubuh kita. Pikirkan bahwa apa yang kita kerjakan tidak melulu soal pekerjaan melainkan kebahagian dan kesenangan kita, entah itu bersama keluarga atau hal yang menyenangkan lainnya.

2. Kurang Piknik dan Selfie

Kang Emil (Walikota Bandung) pernah menyinggung soal poin 2 ini, sempat booming beberapa waktu lalu di akun media sosial miliknya. Agak absurd sebenarnya cuma itu memang benar. Banyak orang termasuk saya sendiri, Ketika kita terus menerus menyalahkan diri atau pun orang lain mengenai sesuatu hal yang entah itu merasa kesal atau dengan berbagai situasi buruk lainnya, dibalik itu semua kita membutuhkan liburan alias piknik. Tidak usah piknik yang mengeluarkan banyak uang, cukup sediakan waktu untuk berjalan-jalan sekiranya di Taman Kota bisa dengan menaiki sepeda dengan teman-teman atau pun bercengkrama saling bercerita satu sama lain. Dan jangan lupa untuk selfie, dengan banyak foto selfie wajah kita secara otomatis akan berekspresi. Dan dengan senam wajah tersebut bisa meningkatkan hormon endorphin kita. Piknik sekalian selfie? Kenapa ngga. Hehehe.

3. Bersyukur

Kadang manusia merasa bahwa dirinya lah yang paling benar, bahkan hampir melupakan siapa penciptanya ketika apa yang Ia inginkan tercapai. Terlalu sibuk memikirkan masalah keduniawiaan dan pencarian jati diri agaknya kita pinggirkan dahulu, marilah untuk senantiasa bersyukur telah memiliki apa yang sudah kita capai selama ini. Coba kita pikirkan selama kita hidup di dunia apa yang telah kita raih? Pikirkan bahwa kita itu sebenarnya hebat, namun karena tekanan dan kerasnya kehidupan membuat kita terlena pada kesalahan pribadi atau terlalu mengagungkan diri sendiri? Lupa akan nikmatnya rasa syukur yang Tuhan berikan. Motivasi datang bersama pribadi yang bersyukur atas apa yang Tuhan kasih dan menguatkan batin yang rapuh, padahal Ia mampu.

4. Hilangnya Motivasi dari Orang Tercinta

Saya pernah kehilangan motivasi ketika Ibu meninggal dunia karena mengidap kanker payudara stadium akhir. Kondisinya yang parah pada saat itu membuatku merasa terabaikan. Dulu, toko kelontong yang dikelola orang tuaku sedang berkembang. Namun, karena untuk membiayai pengobatan Ibu, toko kelontong itu terlantar dan beberapa aset keluarga dijual. Sebelum beliau meninggal dan penyakitnya belum terlalu parah dua tahun sebelumnya, keluargaku baik-baik saja. Prestasiku dibidang akademik cukup mumpuni dan berlimpahan kasih sayang dari kedua orang tuaku. Namun, keadaan memaksaku untuk mengerti kerasnya kehidupan dengan singkat. Dulu agaknya cukup periang sebagai anak kecil, namun setelah kondisi Ibuku mulai parah Aku menjadi anak yang pendiam, pemarah, sensitif, dan nilai akademikku turun. Aku goyah dan tak tau apa yang harus Aku lakukan. Karena bercerita pada saat itu pada Ayahku tak memungkinkan. Aku lebih dekat dengan Ibu dibandingkan Ayah. Walaupun Aku jarang cerita pada Ibuku. Namun, setelah kepergian Ibuku Aku sadar bahwa Aku tak selamanya harus terpuruk menangisi kepergian beliau. Aku harus bangkit dan meraih apa yang Aku mau, apa yang Aku ceritakan pada kedua orang tuaku dulu. 

Kehilangan motivasi dari orang tercinta mengajarkanku bahwa Aku harus belajar mandiri. Menciptakan motivasiku sendiri, tak bergantung pada orang lain. Aku sekarang adalah orang yang bisa dibilang keras dan sikap temperamenku tinggi diakui oleh teman-temanku. Setidaknya Aku harus lebih belajar bagaimana cara menempatkan sikapku itu pada orang lain agar tidak merugikan. Pengalaman adalah guru yang terbaik, pepatah tersebut benar adanya. Aku sudah membuktikan.

5. Terlalu Sibuk pada Pekerjaan

Memang benar waktu adalah uang. Pepatah tersebut banyak orang gunakan untuk lebih mencintai pekerjaannya. Namun, tak dinyanah seseorang bisa terjebak dengan pepatah tersebut dengan hilangnya motivasi yang dimilikinya. Pikirkan juga orang-orang disekitar mu, keluarga mu. Mereka sangat membutuhkan kehadiran mu pada sela-sela weekend atau weekdays ketika ada acara keluarga. Gunakan waktu mu yang berharga untuk mengisi kekosongan pada keluarga mu, mereka sedang membutuhkan mu. Jangan sampai kamu yang mencintai pekerjaan, hilang motivasinya ketika orang-orang yang kamu cintai mengabaikan mu. Jangan salahkan mereka. 




Tulisan ini tidak bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin berbagi pengalaman dan tulisan ini merupakan buah pikiran saya sendiri. Hendaknya ilmu itu dibagi bukan untuk disimpan sendiri. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts