Membaca Karya Sastra yang Dianggap Penting pada Tiap Periode

08:07

Image by Google.com

Hasil sastra dari waktu ke waktu berkembang sesuai dengan zamannya. Tema dan gaya penampilan berkembang seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman. Dalam sejarah sastra Indonesia, dikenal pula istilah angkatan, yaitu suatu usaha pengelompokan sastra dalam suatu masa tertentu. Pengelompokan tersebut berdasarkan ciri-ciri khas karya-karya sastra yang dilahirkan oleh para pengarang pada masanya, yang berbeda dengan karya-karya sebelumnya. 

Sastra Indonesia dikelompokkan dalam 4 angkatan besar, yaitu:
1. Angkatan Dua Puluh atau Angkatan Balai Pustaka.
2. Angkatan Tiga Puluh atau Angkatan Pujangga Baru.
3. Angkatan Empat Puluh Lima.
4. Angkatan Empat Puluh Enam.

Para pengarang yang mengawali kelahiran sastra Indonesia, antara lain: Merari Siregar, Marah Rusli, Kasim, dan Sanusi Pane.

1. Angkatan Dua Puluh atau Angkatan Balai Pustaka (1920-1933)

Angkatan Dua Puluh atau Angkatan Balai Pustaka, disebut demikian karena angkatan ini lahir di tahun dua puluhan, dan pada masa itu penerbit yang paling banyak menerbitkan buku-buku sastra adalah penerbit Balai Pustaka. Selain disebut Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Dua Puluh disebut juga Angkatan Siti Nurbaya. Hal ini karena roman yang paling laris dan paling digemari masyarakat pada masa itu adalah Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Beberapa buah karya sastra Angkatan Dua Puluh yang terkenal, antara lain:

  • a. Azab dan Sengsara (roman, terbit tahun 1920), karya Merari Siregar. 
  • b. Siti Nurbaya (roman, terbit tahun 1922), karya Marah Rusli.
  • c. Muda Teruna (roman, terbit tahun 1922), karya Moh. Kasim.
  • d. Tanah Air (kumpulan sajak, terbit tahun 1922), karya Moh, Yamin.
  • e. Bebasari (drama sajak, terbit tahun 1924), karya Rustam Efendi.
  • f. Pancaran Cinta (roman, terbit tahun 1926), karya Sanusi Pane.
  • g. Puspa Mega (kumpulan sajak, terbit tahun 1927), karya Sanusi Pane.
  • h. Darah Muda (roman, terbit tahun 1927), karya Adinegoro atau Djamaluddin.
  • i. Asmara Djaja (roman, terbit tahun 1928), karya Adinegoro.
  • j. Salah Pilih (roman, terbit tahun 1928), karya Nur Sutan Iskandar.
  • k. Salah Asuhan (roman, terbit tahun 1928), karya Abdul Muis.
  • l. Airlangga (drama sejarah, terbit tahun 1928), karya Sanusi Pane.
  • m. Tak Putus Dirundung Malang (roman, terbit tahun 1929), karya Sutan Takdir Alisyahbana.
  • n. Kertajaya (drama sejarah, terbit tahun 1932), karya Sanusi Pane.

2. Angkatan Tiga Puluh atau Angkatan Pujangga Baru (1933-1942)

Angkatan Tiga Puluh disebut Angkatan Pujangga Baru, nama yang diambil dari sebuah nama majalah sastra yang terbit tahun 1933. Majalah tersebut adalah "Pujangga Baru". Pelopor Pujangga Baru adalah Sutan Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah. Ketiga tokoh ini diberi sebutan tiga serangkai pelopor Pujangga Baru. Karya-karya sastra yang lahir dalam Angkatan Pujangga Baru mulai berbeda dengan karya-karya sastra Angkatan Balai Pustaka. Hal ini disebabkan para pengarang pada masa itu mulai menghasilkan karya yang memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terkait dengan tradisi. Seni menurut mereka haruslah mampu berperan dalam membangun bangsa dan negara. Beberapa buah karya sastra Angkatan Pujangga Baru, antara lain:

  • a. Tuba Dibalas Dengan Susu (roman, terbit tahun1933), karya Nur Sutan Iskandar.
  • b. Hulubalang Raja (roman sejarah, terbit tahun 1934), karya Nur Sutan Iskandar.
  • c. Rindu Dendam (kumpulan puisi, terbit tahun 1934), karya  J.E Tatengkeng.
  • d. Ken Arok dan Ken Dedes (drama, terbit tahun 1934), karya Muh. Yamin. 
  • e. Dewi Rimba (roman, terbit tahun 1935), karya Nur Sutan Iskandar. 
  • f. Katak Hendak Jadi Lembu (roman psikologis, terbit tahun 1935), karya Nur Sutan Iskandar.
  • g. Layar Terkembang (roman, terbit tahun 1936), karya Sutan Takdir Alisyahbana.
  • h. Nyanyi Sunyi (kumpulan sajak, terbit tahun 1937), karya Armijn Pane.
  • i. Neraka Dunia (roman, terbit tahun 1937), karya Nur Sutan Iskandar.
  • j. Di Bawah Lindungan Ka'bah (roman, terbit tahun 1938), karya Hamka.
  • k. Jiwa Berjiwa (kumpulan sajak, terbit tahun 1939), karya Armijn Pane.
  • l. Tuan Direktur (roman, terbit tahun 1939), karya Hamka.
  • m. Merantau ke Deli (roman, terbit tahun 1939), karya Hamka.
  • n. Zaman Gemilang (roman, terbit tahun 1939), karya Hamka.
  • o. Belenggu (roman, terbit tahun 1940), karya Armijn Pane.
  • p. Buah Rindu (kumpulan puisi, terbit tahun 1941), karya Amir Hamzah.
  • q. Anak Perawan di Sarang Penyamun (roman, terbit tahun 1942), karya Sutan Takdir Alisyahbana.
3. Angkatan Empat Puluh Lima (Angkatan '45)

Nama angkatan '45 diperkenalkan oleh Rosihan Anwar, yang ditulis dalam majalah "Siasat" pada tahun 1950. Angkatan '45 disebut juga Angkatan Chairil Anwar, karena Chairil Anwar begitu besar perjuangannya dalam melahirkan Angkatan '45 ini. Selain disebut Angkatan Chairil Anwar, Angkatan '45 disebut juga Angkatan Kemerdekaan, karena lahir pada masa Indonesia baru diproklamirkan. Karya-karya yang lahir pada masa Angkatan '45 mempunyai ciri khas atau sangat beda dengan karya sastra sebelumnya. Ciri-ciri hasil karya sastra Angkatan '45 antara lain:

a. Bebas, artinya tidak terkukung dengan aturan-aturan sastra tertentu, tidak terikat dengan masalah adat istiadat.
b. Individualistis, artinya karya-karya yang lahir betul-betul merupakan isi perasaan, pikiran, dan sikap pribadi penulis atau pengarangnya sendiri.
c. Universalistik, artinya berlaku universal: karya-karya sastra yang membawa kebudayaan Indonesia di tengah-tengah kebudayaan dunia.
d. Realistik, artinya selalu mengungkap sesuatu yang sudah biasa dilihat atau ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Futuristik, artinya karya yang berorientasi ke masa depan, atau selalu membawa hal-hal yang baru. Berusaha memajukan pemikiran masyarakat bangsa Indonesia untuk lebih berkembang.

Beberapa buah karya sastra Angkatan '45antara lain:

  • a. Deru Campur Debu (kumpulan puisi), karya Chairil Anwar.
  • b. Surat Kertas Hijau (kumpulan puisi), karya Sitor Situmorang.
  • c. Sedih dan Gembira (drama), karya Usman Ismail.
  • d. Surat Singkat Tentang Esai (buku kumpulan esai), karya Asrul Sani.
  • e. Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai (Kupasan kritik dan esai tentang sastra Indonesia), karya H.B Jassin.
  • f. Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma (kumpulan Cerpen), karya Idrus.
  • g. Atheis (roman), Karya Achdiat Karta Mihardja.

4. Angkatan Enam Puluh Enam (Angkatan 66)

Nama Angkatan 66 ini dikemukakan oleh H.B Jassin, dengan mengangkat Taufik Ismail sebagai pelopornya, melalui karyanya "Tirani dan Benteng" (kumpulan puisi), mendapat pengakuan secara umum. Angkatan 66 ini muncul di tengah-tengah keadaan bangsa Indonesia yang sedang kacau dalam segala bidang kehidupan. Karya-karya sastra yang lahir pada Angkatan 66 banyak berbau protes terhadap keadaan yang demikian kacau pada masa itu. Beberapa buah karya sastra Angkatan 66, antara lain:

  • a. Tirani (kumpulan puisi), karya Taufik Ismail.
  • b. Pahlawan Tak Dikenal (kumpulan puisi), karya Toto Sudarto Bachtiar.
  • c. Balada Orang-orang Tercinta (kumpulan puisi), karya W.S Rendra.
  • d. Malam Jahanam (drama), karya Motinggo Busye.
  • e. Kapai-kapai (drama), karya Arifin C. Noer.
  • f. Perjalanan Penganten (kisah), karya Ajip Rosidi.





(Dikutip dari Modul Pintar Bahasa Indonesia Kelas XII Semester Genap untuk SMA/MA - Penerbit dan Percetakan Citra Pustaka)


You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts